IFTITAH
Dalam kehidupan ini, manusia melihat diri dan lingkungannya secara unik. Dari proses membaca diri dan lingkungan tersebut, seorang manusia menemukan siapa dirinya.
Proses penemuan jati diri ini sangatlah panjang dan berliku. Sampai sejauh mana manusia bisa "mengupas" siapa dirinya itulah, semakin tinggi derajatnya. Apakah sekedar seseorang bisa "mengupas" siapa dirinya dalam dataran yang terendah, misalnya sebagai seorang laki-laki kaya ataukah bisa mengupas siapa dirinya dalam dataran yang tertinggi sebagai hamba Tuhan yang senantiasa menghamba.
Pada level spektrum identifikasi diri yang bersifat materiil-jasadi, sampai dengan yang tertinggi yang dapat mengidentifikasi diri sebagai hamba Tuhan yang menyembah sehingga Tuhan-pun rela memberikan cipratan kekuasaan Allah kepada orang itu sehingga menjadi khalifatullah fil 'ardl.
Jadi, peran menjadi Khalifatullah fil 'Ardl itu tidak lepas dari identifikasi jati diri yang menghamba kepada Allah dan memiliki hubungan patron.makhluk dan Khaliq. Antara makhluk dan Khaliq tersebut terdapat mental model mengenai Sang Khaliq dan makhluk lain yang berada di sekitar manusia itu atau yang melingkupi manusia itu.
Sebagian besar orang memandang bahwa yang dimaksud sebagai makhluk adalah yang memiliki ciri khas fa'ali hidup secara biologis. Dalam hal itu, yang terkategori ke dalam makhluk adalah tumbuhan, hewan dan manusia. Sedangkan semesta tidak dianggap sebagai makhluq. Padahal makhluq dalam khazanah Islam adalah segala apapun yang Allah ciptakan.
BERAGAM WELTANSCHAUUNG SEPANJANG ZAMAN
Kesejatian dan universalitas.Demikianlah yang sering dikatakan oleh para pengamal ajaran bathiniyah. Para pengamal bathiniyah sering menganggap bahwa bathin itu lebih haqiqi dibandingkan semua mental model yang ada. Dengan hujjah dan argumennya, mereka sering mengatakan bahwa agama yang terinstitusi itu mengkotak-kotakkan manusia dan menimbulkan pertentangan. Kalangan intelektual-rasional banyak yang menggunakan rasionalitas dalam menentukan kebenaran dan mencoba untuk mencari Kebenaran melalui jalan pencarian yang tidak mampu untuk mengindera Kebenaran. Begitupun, ummat beragama ultra-puritan yang berusaha untuk memahami hidup dan kehidupan beserta weltanschauung secara harfiah. Dalam tulisan yang pendek ini, penulis mencoba untuk sharing hasil proses spiritual dalam penyimpulan, terutama untuk diri sendiri.
Ibrahim menjalani kehidupan ini dalam pertanyaan mengenai Eksistensi Tuhan. Ia mencari Tuhan berangkat dari rasa ingin tahu-nya akan Tuhan. Secara manusiawi, Ibrahim melalui proses yang normal sebagaimana manusia yang bertanya terlebih dahulu kepada dirinya sendiri. Kendati dalam literatur religi, Ibrahim dikatakan sudah dirancang sedemikian rupa oleh Allah sebagai seorang Nabi. Melalui proses perjalanan yang panjang, akhirnya Ibrahim sampai pada kesimpulan akan Eksistensi Tuhan.Ibrahim dikatakan sebagai bapak para Nabi yang telah "menemukan" sebuah rumusan Weltanschauung Tauhid kepada manusia.
Pada generasi berikutnya, Muhammad atas ijin dan rencana Allah mencapai level kesadaran tertinggi Nur yang kemudian Nuur ini dalam Islam diattributkan kepada Muhammad dan bernama Nuur Muhammad. Selain meneruskan Weltanschauung Tauhid, Muhammad juga memperkenalkan Weltanschauung kehidupan lengkap dengan seperangkat aturan di masyarakat yang menjadi acuan bagi generasi-generasi setelahnya.
Setelah Islam berkembang di luar jazirah Arab, ia bertemu dengan berbagai ajaran agama yang membawa Weltanschaung ke-Tuhan-an yang juga menerangkan mengenai weltanschauung kehidupan dengan beragam tata aturan. Islam juga berinteraksi dengan berbagai kultur dan budaya sehingga khazanah Islam sedemikian luas. Maka muncullah Islam bercorak Jawa, bercorak Sunda, bercorak Melayu, Sulawesi dan lain sebagainya.
Maka kemudian Weltanschauung Tauhid ini bertemu dengan weltanschauung kehidupan sehingga tercapailah budaya baru yang berintikan Tauhid dengan berbagai corak dan budaya. Untuk suatu waktu, interaksi antar berbagai weltanschauung tidaklah terlampau bermasalah, namun dengan adanya interaksi yang sedemikian masif dewasa ini, maka terjadilah persinggungan yang sedemikian sering. Dengan adanya internet, manusia dapat mengakses informasi mengenai suatu pemahaman dan keyakinan serta weltanschauung. Dewasa ini informasi dianggap sebagai knowledge dan wisdom, sedangkan pemahaman, keyakinan serta weltanschauung diperoleh melalui penghayatan dan pengamalan. Alhasil, manusia dewasa ini tidak lebih dari pengakses informasi yang tidak mampu untuk melakukan perenungan dan pencarian akan makna yang lebih tinggi, kendati berkali-kali manusia jaman sekarang dengan sombongnya merasa lebih hebat dari orang terdahulu.
Weltaschauung kebangsaan bertemu dengan Weltanschauung level Tauhid dan akhirnya dewasa ini manusia sedang mengalami orgasme informasi dan kurang fokus pada penghayatan knowledge dan wisdom. Akhirrulkalam, boleh jadi, kita ini sekarang berada dalam lingkaran, yang sampai sekarang kita belum tersadar untuk bangun.........Weltanscahuung adalah bagaimana manusia melihat diri dan lingkungannya, sedangkan Weltanschauung Tauhid kami pakai untuk menerangkan bagaimana manusia melihat diri dan Tuhan-nya. Kita sekarang ini menginginkan segala sesuatu serba instan, tak terasa itu juga merasuki sudut pandang kita dalam memandang hidup dan kehidupan, yaitu sebuah ranah dimana kita harus melakukan kebajikan dalam kerangka Illahiah dengan memahami diri dan lingkungan kita.....
Tercerabutlah kita dari akar kita, karena tidak bisa membedakan mana isu kebangsaan, mana isu keagamaan, sehingga satu dengan lain saling bertubrukan menuju suatu kondisi CHAOS.....
18 Oktober 2010
Buitenzorg
MAD
No comments:
Post a Comment