Saturday, October 23, 2010

Globalisasi atau Gombalisasi Perdagangan ?

Globalisasi sejak era kemenangan kapitalisme telah menjadi suatu buzzword yang kondang. Globalisasi dipandang dari sudut pandang para industrialis sebagai sebuah langkah positif untuk menebarkan kesejahteraan. Buku "The Wealth of Nations"-nya Adam Smith-pun menjadi kitab suci dari para kapitalis-industrialis. 

Sebuah perenungan akan wadah dan isi-nya

Suatu saat, seseorang pernah mendatangiku dan berkata, "Maaf, saudaraku, wadah itu lebih penting daripada isinya". Waktu itu aku agak kebingungan dan bertanya pada diriku sendiri, "apa sih maksud perkataannya ?". Sebelum bisa mencerna apa yang dikatakan oleh saudaraku itu, datang saudaraku yang lain, "Maaf, sahabatku, isi itu lebih penting daripada wadahnya". Sekali lagi aku bingung sekali dengan perkataan dua saudaraku itu. Aku kemudian pergi ke mall untuk jalan-jalan sore. Tiba-tiba aku lelah dan beristirahat di sebuah food court dan memesan sepiring nasi goreng dan secangkir kopi.

Sains Modern versus Mitos dan legenda dalam menjaga keseimbangan lingkungan

Seluruh jagad raya ini bekerja dalam sebuah mekanisme keseimbangan dan kesetimbangan. Bumi tempat kita tinggali ini merupakan bagian dari jagad raya yang sedemikian luas tak berhingga (infinitum). Sebuah aksi yang kita berikan kepada bumi ini akan memunculkan reaksi sedemikian rupa sehingga bumi akan melakukan proses penyeimbangan dan penyetimbangan kembali. Ketika manusia melakukan aksi tebang pohon untuk keperluan hidup, misalnya membangun rumah, dalam jumlah yang bisa ditolerir maka ekosistem bumi ini akan mengalami penyeimbangan dan penyetimbangan sedemikian rupa sampai suatu ambang batas tertentu.

Goncangan dalam jagad manusia modern

Nampaknya, modernisme telah menyeruak dalam diri setiap manusia. Berbagai perubahan telah terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Berbagai obsesi manusia telah bercampur aduk menjadi satu, sehingga menyebabkan katastrofi dan chaos dalam kehidupan ini. Manusia telah melupakan jati dirinya sedemikian rupa sehingga ia lupa akan makna kehidupan ini. Sebuah konstruk chaos telah terbentuk sedemikian rupa. Tatanan lama telah dilupakan sedangkan tatanan baru masih dalam proses trial-and-error. Lalu, bagaimanakah manusia memposisikan dirinya dalam konteks sosial dan lingkungan ? Itulah yang perlu kita jawab sekarang ini. 

Monday, July 19, 2010

The Weltanschaaung : Bagaimana manusia melihat diri dan lingkungannya

IFTITAH
Dalam kehidupan ini, manusia melihat diri dan lingkungannya secara unik. Dari proses membaca diri dan lingkungan tersebut, seorang manusia menemukan siapa dirinya.

Proses penemuan jati diri ini sangatlah panjang dan berliku. Sampai sejauh mana manusia bisa "mengupas" siapa dirinya itulah, semakin tinggi derajatnya. Apakah sekedar seseorang bisa "mengupas" siapa dirinya dalam dataran yang terendah, misalnya sebagai seorang laki-laki kaya ataukah bisa mengupas siapa dirinya dalam dataran yang tertinggi sebagai hamba Tuhan yang senantiasa menghamba.