Suatu saat, seseorang pernah mendatangiku dan berkata, "Maaf, saudaraku, wadah itu lebih penting daripada isinya". Waktu itu aku agak kebingungan dan bertanya pada diriku sendiri, "apa sih maksud perkataannya ?". Sebelum bisa mencerna apa yang dikatakan oleh saudaraku itu, datang saudaraku yang lain, "Maaf, sahabatku, isi itu lebih penting daripada wadahnya". Sekali lagi aku bingung sekali dengan perkataan dua saudaraku itu. Aku kemudian pergi ke mall untuk jalan-jalan sore. Tiba-tiba aku lelah dan beristirahat di sebuah food court dan memesan sepiring nasi goreng dan secangkir kopi.
Pada saat selesai makan, aku kemudian menikmati sedangkir kopi di sore hari sendirian di sebuah mall ternama di kota yang berhawa sejuk itu. Eh, ketika sampai pada tegukan terakhir itulah aku menemukan titik temu dari perkataan kedua sahabatku tadi. Saudaraku yang pertama berkata mengenai wadah yang lebih penting karena tanpa wadah, isi berupa kopi tidak akan sampai ke dalam mulutku dan aku tiada dapat menikmati secangkir kopi itu. Saudaraku yang kedua berkata mengenai isi yang lebih penting daripada wadah, karena apabila sore itu, si waiter memberikan aku secangkir teh, tentunya akan berbeda dengan ketika ia memberikanku secangkir kopi karena intinya yang aku inginkan adalah kopi-nya, bukan teh, air putih ataupun yang lainnya. Lalu aku berfikir, apabila yang datang kepadaku adalah waiter yang menghantarkan kopi dengan kaleng, maupun gelas juice, apakah itu masih kopi ataukah berubah menjadi sekaleng kopi atau segelas jus ?
Aku hanya menginginkan kopi pada sore hari itu, terlepas dari kaleng atau gelas juice yang digunakan. Yang jelas, aku akan menolak waitres itu apabila ia datang membawa sekantung gula pasir, sekaleng kopi bubuk, segelas kreamer dan ceret yang berisi air mendidih.
Sayang sekali, kedua saudaraku sudah kembali ke kotanya masing-masing, apabila tidak, aku akan mengatakan bahwa. Aku membutuhkan kopi dengan kreamer dan manis. Tanpa wadah yang digunakan untuk membawa seduhan kopi yang sudah dicampur gula dan kreamer, tidak mungkin aku bisa meminumnya. Tanpa isinya, maka cangkir hanyalah cangkir tanpa terpenuhi fungsinya sebagai wadah kopi seduhan. Cangkir itu bisa dialihfungsikan sebagai hiasan saja di food court itu. Dan, akupun akan memarahi waitres itu karena apabila ia hanya membawa sekantung gula pasir, sekaleng kopi bubuk, segelas kreamer dan ceret yang berisi air mendidih, berarti aku harus membuat sendiri. Tujuan dari kedatanganku kesitu adalah makan dan minum, bukan untuk diskusi mengenai kopi maupun membuat kopi......
Enough of wasting time discussing about matter and substance, because one cannot exist without the other. Cukuplah sudah diskusi mengenai wadah dan isinya, keduanya tidak ada tanpa yang lain. Bathiniyah tidak akan ada apabila tidak ada eksistensi lahiriah sang empu yang memiliki bathin. Lahiriyah kehilangan fungsinya apabila tidak ada bathiniyah yang berisi substansi dan tujuan kehidupan. Semua kontradiksi yang tercipta, adalah hasil dari olah fikir manusia yang penuh persepsi. Mungkinkah wadah itu disebut sebagai wadah apabila tidak digunakan untuk membawa isi, dan mungkinkah isi itu dikatakan sebagai isi apabila tidak dimasukkan ke dalam wadah......
Syari'at tanpa Hakekat itu menjadikan seseorang fasik, Hakekat tanpa Syari'at menjadikan seseorang zindiq. Tidak perlulah memperdebatkan keduanya, karena berdebat hanya akan menjauhkanmu dari menikmati kopi. Menikmati kopi yang apabila diminum bisa menyegarkan dan membuatmu bersemangat dalam menjalani kehidupan ini, yang merupakan syarat adanya kehidupan di akherat bagimu !!!!
MAD
No comments:
Post a Comment